Fenomena El Nino merupakan salah satu peristiwa iklim yang dapat berdampak signifikan di seluruh dunia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa fenomena El Nino akan terjadi di Indonesia hingga awal tahun 2024. Dalam artikel ini, kita akan membahas prediksi BMKG dan dampak yang mungkin terjadi akibat fenomena ini.
Apa itu Fenomena El Nino?
Peristiwa ini merupakan suatu kondisi peningkatan suhu lautan yang biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun. Dampaknya, fenomena ini menyebabkan kenaikan suhu udara di seluruh dunia. Bencana ini dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga lebih dari setahun. Dampaknya dapat dirasakan di berbagai sektor, seperti pertanian, perikanan, dan kehidupan sehari-hari.
Prediksi BMKG tentang El Nino di Indonesia
Menurut BMKG, fenomena El Nino diperkirakan akan terjadi di Indonesia hingga awal tahun 2024. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Rajab, menjelaskan bahwa prediksi hujan bulanan menunjukkan bahwa Indonesia masih akan dipengaruhi oleh El Nino. Meskipun demikian, harapannya adalah bahwa masuknya musim hujan dapat mengurangi dampaknya. Namun, masyarakat tetap diimbau untuk mewaspadai ancaman kekeringan hingga November mendatang.
Dampak El Nino di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak cukup signifikan oleh fenomena El Nino. Menurut data BMKG, 63 persen wilayah Indonesia akan terdampak oleh fenomena ini. Beberapa daerah yang diprediksi akan terdampak secara signifikan meliputi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, dan Lampung di Pulau Sumatera. Selain itu, seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara juga diprediksi akan mengalami curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem.
Bahaya Kekeringan di Pulau Jawa
Salah satu dampak yang mungkin dihadapi oleh Indonesia akibat fenomena El Nino adalah bahaya kekeringan, terutama di Pulau Jawa. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa situasi ini memicu bahaya kekeringan yang dapat berdampak negatif bagi masyarakat. BNPB telah menerima laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur terkait bahaya kekeringan. Oleh karena itu, solusi jangka pendek seperti distribusi air bersih kepada warga perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Penurunan Curah Hujan di Beberapa Wilayah
BMKG juga memprakirakan bahwa efek El Nino pada musim kemarau tahun ini adalah penurunan curah hujan di beberapa wilayah. Pada bulan Agustus hingga Oktober, sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah, yaitu antara 0 hingga 100 mm/bulan. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan.
Tingkat Keparahan El Nino di Indonesia
Meskipun fenomena El Nino diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2024 di Indonesia, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebutkan bahwa kondisi kemarau dan kekeringan tidak akan terlalu parah. Menurutnya, Indonesia mengalami tingkat keparahan El Nino yang relatif lebih lemah dibandingkan dengan negara-negara lain. Dwikorita mengatakan bahwa kondisi pada saat puncak kemarau tahun ini akan mirip dengan kekeringan yang terjadi pada tahun 2019, tetapi tidak akan separah pada tahun 2015 ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan yang meluas.
Kesimpulan
Fenomena El Nino diprediksi akan terjadi di Indonesia hingga awal tahun 2024. BMKG memperingatkan bahwa dampaknya dapat berupa penurunan curah hujan, bahaya kekeringan, dan musim kering yang ekstrem di beberapa wilayah. Meskipun demikian, tingkat keparahan El Nino di Indonesia relatif lebih lemah dibandingkan dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan mitigasi perlu dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi akibat fenomena ini.